Kamis, 15 Januari 2009

Kado untukmu

Kado untukmuKado untukmu

Sangat sulit memikirkan kalimat awal yang ingin kutulis. Tapi kalau hanya menunggu kata-kata dan rangkaian kalimat yang menurutku perfect, itu akan memakan waktu yang cukup lama. Aku terdiam. Tak ada suara. Tak ada tangisan tuch komputer. Tak ada canda tawa huruf-huruf kecil yang terangkai menjadi kalimat indah. Hanya jeritan Pasha sang vokalis ungu yang tak tahu diri melantunkan lagu kekekasih gelapnya. Ya ampun, ada apa gerangan diriku sampai-sampai artis yang tak pernah mengenalku apalagi menyakitiku ini mendapat cacian jahat dariku.

Tak ada satu kata yang berhasil kutemukan. Semuanya gelap, hitam, tak ada bayangan satu huruf pun. Oh tuhan, seperti inikah penulis-penulis lejitan itu membuat sebuah karya?. Atau hanya aku saja. Seorang mahluk yang tidak tahu diri. Yang hanya mampu berkaca melihat bayangan dirinya telah menjadi sorotan public karena novelnya yang begitu membuming. Aduh, khayalku kini makin menjauh. Aku jadi ingin tahu ilham yang kang Abik dapatkan untuk menulis ayat-ayat cinta-nya dengan cara apa. Aku ingin tahu Andrea Hirata menemukan kata pertama di novel edensor, Laskar Pelangi, Sang Pemimpi dan Maryamah Karpov dengan teknik apa?. Mengapa aku yang baru memulai saja begitu terasa berat. Huruf-huruf itu telah meninggalkanku. Mereka mengacukanku. Tak ada yang peduli dengan inginku. Ke-26 kurcaci itu telah menghianatiku.

Kado…kado.., teriakku. Aku telah menemukan empat kurcaci nakal itu. KADO, yah, kata itu yang pantas kuberikan padanya. Sekarang aku tinggal memikirkan kado apa yang sebaiknya kuberikan di usianya yang ke-24. Aku beranjak menyambar purse putih yang terdampar di sudut ranjangku. Sungguh kasian nasibnya. Selama seminggu ini aku tak pernah memperdulikannya. Aku sungguh acuh padanya. Aku tak simpati sedikitpun padanya. Tak ada yang menggerakan tanganku untuk membawanya saat aku meninggalkan rumah. Bahkan suatu hari, aku hanya menyapanya beberapa detik. Tak lama. Tak ada basa-basi. Dengan lincah jariku hanya mencuri kartu tanda penduduk yang setia menemaninya. Andai saja KTP itu bukan syarat lamaran dosen yang ingin kuikuti, mungkin dompet putih telah melupakan sang pemilik.

Tak ada lembaran yang bernilai di dalamya. Tak ada koleksian Pattimura dan pulau Tidore yang menemaninya. Apalagi lembaran merah yang kebanyakan dimiliki pengusaha besar. Saat ini uang seratus ribuku lagi cuti. Dan tak tahu kapan dia kembali. Aku tak sempat mengingatkannya agar cepat kembali. Yang aku ingat, aku meninggalkannya di sebuah toko buku. Pada seorang laki-laki setengah baya berkopiah putih. Kalau tak salah ingat, namanya ustaz Asrul. Yah, ustaz Asrul, aku ingat jelas dia menuliskan nama dan nomor telphonnya padaku di secarik kertas. Oh tuhan, dia benar-benar kutinggalkan di sana. Aku telah menzaliminya. Aku bahkan tega menukarnya dengan dua buah novel dan satu buah buku kepribadian karangan Yusuf Luxori.

Otakku kembali menguras semua ingatannya. Mencari hadiah yang pantas untuknya. Pikiranku tak beranjak. Masih berputar. Berkeliling seakan ingin mencari luas lingkaran yang diperoleh dari perkalian phi dan kuadrat jaraknya. Aku masih menelusuri celah demi celah hingga mendapatkan kado spesial tanpa harus mengeluarkan duit. Lagi lagi duit. Kemana-mana duit. Seperti lagu saja. Lagu kematrealistisan yang sempat dipopulerkan saudara perempuan penyanyi mbah dukun itu. Aku lupa namanya. Bagiku tak penting menitipkan nama itu di memoriku. Aku jadi berpikir bagaimana membuat pabrik uang. Biar aku bisa memberi semua sang pencinta kertas yang sama sekali tak ada nilanya di mata sang pemilik bumi. Ya Allah…lindungilah kami. Jauhkan kami dari azabMU. Amin

Bermegah-megah telah melalaikanmu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu). Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka jahim.” (QS. At-Takatsur:1-6)

Sejam lebih aku masih dalam kebingungan, aku sama sekali tak bisa memberiya apa-apa. Saat ini aku tak bsa membelikannya sebuah kado.


































































































Tidak ada komentar:

Posting Komentar